Senin, 01 Juli 2013

Pemahaman Manajemen Kinerja

     Manajemen kinerja pada dasarnya merupakan proses komunikasi yang berkelanjutan antara atasan dan bawahan dengan tujuan untuk memperjelas dan menyepakati hal-hal sebagai berikut:

a. Fungsi pokok pekerjaan bawahan.
b. Bagaimanakah pekerjaan bawahan berkontribusi pada pencapaian tujuan organisasi.
c. Pengertian "efektif : dan "berhasil" dalam pelaksanaan pekerjaan bawahan.
d. Bagaimanakah bawahan dapat bekerjasama dengan atasan untuk dalam rangka efektivitas pelaksanaan pekerjaan bawahan.
e. Bagaimanakah mengukur efektivitas dan apakah alternative cara untuk menyingkirkan hambatan-hambatan tersebut.

     Pepatah mengatakan, "Kalau tak kenal maka tak sayang", demikian halnya dengan manajemen kinerja. Tanpa mengenal dan memahami manfaat manajemen kinerja, implementasinya hanya akan dianggap sebagai pemborosan waktu, biaya, dan tenaga belaka. Manfaat penting bagi atasan adalah bahwa kehadiran manajemen kinerja mempermudah penyelesaian pekerjaan bawahan, sehingga atasan tak perlu lagi kerepotan mengerahkan dalam kegiatan sehari-harinya.Bawahan sudah tahu apa yang harus dicapai, dan bahkan mengantisipasi kemungkinan hambatan yang timbul. Bagi bawahan, keberadaan manajemen kinerja membuka kesempatan diskusi dan dialog dengan atasan berkaitan dengan kemajuan pekerjaannya. Adanya diskusi dan dialog memberikan bawahan umpan balik untuk memperbaiki kinerja sekaligus meningkatkan keahliannya dalam menyelesaikan pekerjaan. Manajemen kinerja juga memberdayakan bawahan karena ia tidak perlu sedikit-sedikit "minta petunjuk" karena telah diberikan arahan yang cukup jelas di awal .

     Bagi organisasi, keberadaan manajemen kinerja memungkinkan terciptanya keterkaitan antara tujuan organisasi dan tujuan pekerjaan masing-masing bawahan. Selain itu, manajemen kinerja memberikan argumentasi hukum yang relatif kuat untuk setiap keputusan yang menyangkut sumberdaya manusia (SDM). Secara umum, implementasi manajemen kinerja yang efektif mampu :

1. Mengkoordinasikan unit-unit kerja yang ada di dalam organisasi.
2. Mengidentifikasi dan mendokumentasikan berbagai hambatan dan permasalahan kinerja.
3. Menjadi landasan pengambilan keputusan di bidang SDM.
4. Menjadi alat untuk mengefektifkan pengelolaan SDM.
5. Menumbuh kembangkan kerja sama antara atasan dengan bawahannya.
6. Menjadi wahana umpan balik secara reguler kepada bawahan.
7. Meminimalkan kesalahan dan meniadakan kesalahan berulang.

Comment : Success of the implementation of the company's performance deficiencies construction piida may affect the credibility of the company's management, because they are not able to boost the performance of its employees.

Source : http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JTSA/article/view/71/62.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar