Rabu, 16 Januari 2013

Prinsip Kearifan Lokal Pada Arsitektur Rumah Tinggal ‘Suku Sasak’

     Upaya penggalian nilai-nilai ‘kearifan lokal’ pada masyarakat suku Sasak yang tinggal dibagian barat  pulau Lombok, maka sebelumnya kita perlu membahas latar-belakang sosio-budaya, sosi-ekonomi dan juga sosio-ekologis dari masyarakatnya. Suku ‘Sasak’ adalah suku asli pulau Lombok, yang mendiami sebagian daerah di sebelah barat Pulau Lombok - sekitar Kabupaten Lombok Barat, disebelah utara, timur dan selatan dari wilayah Kotamadya Mataram (radius 20-25 km) di propinsi NTB. Agama asal suku Sasak adalah animism dan dinamisme kemudian sekarang mayoritas sudah beragama Islam. Tetapi pengaruh dari budaya Hindu (terutama dalam tata bangunan / arsitektur) ada kemiripan atau pengaruh dari Bali.

     Suku Sasak sudah dari dulu kala dikenal sebagai salah satu suku di wilayah Nusantara (ketika itu masuk de dalam wilayah kerajaan Majapahit), dalam buku Negara Kertagama, karangan empu Nala, telah disebutkan suku yang mendiami pulau Lombok yaitu : ‘Lomboq Mirah Sak-sak Adhi’. Dalam masyarakat suku Sasak, sudah terdapat system budaya masyarakat yang terbilang mapan. Dalam perjalanannya suku Sasak sampai saat sekarang ini masih tetap eksis dengan bentuk budaya dan adat istiadatnya. Salah satu bukti dari bentuk kebudayaan yang sudah mapan tersebut yaitu: adanya bentuk bangunan (arsitektur) rumah tinggalnya.

 Photo 01 :Gambar Rumah Tradisional Suku Sasak – Pulau Lombok NTB. (penutup atap : rumbia atau jerami)

 Photo 02 : Bangunan Lumbung – Tempat Penyimpanan Beras atau Ketan, disebelah Rumah.

     Dalam masyarakat suku Sasak – ‘Rumah’ mempunyai posisi penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai tempat individu dan keluarganya berlindung secara jasmani dari gangguan alam sekitar dan memenuhi kebutuhan spiritualnya untuk beribadah kepada Tuhan YMK. Karena itu, jika kita memperhatikan bangunan rumah adat secara seksama, maka kita akan menemukan bahwa rumah adat dibangun berdasarkan nilai ‘keindahan’ (aspek estetika) dan adanya nilai-nilai ‘kearifan lokal’ (local wisdom) masyarakatnya. Demikian pula halnya seperti rumah tradisional suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Orang Sasak mengenal beberapa jenis bangunan adat yang dijadikan sebagai tempat tinggal dan juga tempat penyelenggaraan ritual adat dan ritual keagamaan.

     Atap rumah Sasak terbuat struktur dan konstruksi kayu secara bersilang dan ber-jurai, guna menahan beban penutup atap, sedangkan bahan penutup atap terbuat dari jerami (batang padi yang dikeringkan) atau rumbia (batang-batang rerumputan yang ada di tempat sekitar). Sedangkan dinding rumah terbuat dari : bahan jerami atau anyaman bambu (bedek). Struktur utama bangunan – ditopang oleh empat buah tiang utama (saka) dimana lantai ruangan rumah dibuat agak tinggi dari permukaan tamah – yaitu sekitar 1,5 hingga 2,0 meter diatas pondasi. Lantai permukaan tanah dibawah bangunan dibuat dari ‘tanah liat’ yang dicampur dengan kotoran kerbau / sapi dan abu jerami. Campuran tanah liat dan kotoran kerbau /sapi ini membuat lantai tanah menjadi keras - sekeras semen.

Photo 03 : Bahan Penutup Atap & Dinding Rumah Suku Sasak – P.Lombok.

Photo 04 : Sketsa Kajian Bentuk Lumbung Beserta Konstruksi & Bahan Bangunan.

     Seluruh bahan bangunan yang digunakan untuk mendirikan atau membangun rumah adat adalah : kayu dan bambu. Untuk membuat rumah adat Sasak – bahan bangunan didapatkan dari lingkungan sekitar mereka tinggal dan merupakan bahan yang ada di lingkungan sekitar mereka, bukan bahan-bahan yang ‘asing’ yang tidak dikenal alam lingkungan sekitar. Bahkan untuk menyambung bagian - bagian kayu dari rumah adat tersebut, mereka menggunakan ‘paku’ yang terbuat dari bamboo – yang disebut ‘pasak’ dan ‘paku’. Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah, serta hanya meliki satu jendela (ukuran kecil – tidak terlalu besar).

     Rumah adat Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan (separuh bentuk oval), menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah (fondasi). Atap dan bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu (bedek), hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya. Ruangannya (rong) dibagi menjadi inan bale (ruang induk) meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale dalem berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus ruang disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan.

     Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur, dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2 x 2 meter persegi atau bisa empat persegi panjang. Kemudian ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem sorong (geser). Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran kerbau/sapi/kuda, getah, dan abu jerami.

    Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari beberapa macam, diantaranya adalah: (a) Bale Tani, (b) Bale Jajar, (c) Berugaq / Sekepat, (d) Sekenam, (e) Bale Bonter, (f) Bale Beleq Bencingah, dan (g) Bale Tajuk. Nama bangunan tersebut disesuaikan dengan fungsi dari masing-masing tempat. Hal lain yang cukup menarik diperhatikan dari rumah adat Sasak adalah pola pembangunannya. Dalam membangun rumah, orang Sasak menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga maupun kelompoknya. Artinya, pembangunan tidak semata-mata untuk mememenuhi kebutuhan keluarga tetapi juga kebutuhan kelompok. Karena konsep itulah, maka komplek perumahan adat Sasak tampak teratur seperti menggambarkan kehidupan harmoni penduduk setempat.

     Dalam masyarakat suku Sasak, rumah berada dalam dimensi ‘sakral’ (suci) dan dimensi ‘profan’ (duniawi) secara bersamaan. Hal ini mempuyai arti bahwa : rumah adat Sasak disamping sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga dari gangguan alam sekitar juga menjadi tempat dilaksanakannya ritual-ritual sacral (ibadah keagamaan) yang merupakan manifestasi dari keyakinan kepada Tuhan YMK, arwah nenek moyang (papuk-baluk), epen bale (penunggu rumah), dan sebaginya.

     Perubahan pengetahuan masyarakat akibat perkembangan zaman, bertambahnya jumlah penghuni dan berubahnya faktor-faktor eksternal lainya, seperti : faktor keamanan, geografis, dan topografis, dsb. menyebabkan terjadinya perubahan ‘fungsi’ dan ‘bentuk fisik’ rumah adat. Hanya saja, konsep pembangunannya seperti aspek : arsitektur, tata ruang, dan pola tata letak dalam lahan (site) - tetap menampilkan karakteristik tradisionalnya yang dilandasi oleh nilai-nilai filosofis (ajaran-ajaran dalam bentuk nilai kearifan local) yang ditransmisikan secara turun temurun.

     Untuk menjaga lestarinya rumah adat mereka dari gilasan arsitektur modern, para orang tua biasanya mengatakan kepada anak-anaknya yang hendak membangun rumah dengan ungkapan: “Kalau mau tetap tinggal di sini, buatlah rumah seperti model dan bahan bangunan yang sudah ada. Kalau ingin membangun rumah permanen seperti rumah-rumah di kampung-kampung lain pada umumnya, silakan keluar dari kampung ini.” Demikianlah cara orang dari suku Sasak menjaga eksistensi rumah adat mereka, yaitu dengan cara melembagakan dan mentransmisikan pengetahuan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. (lihat : www://http: wahana-budayaindonesia.com/…. /index.php/sasak/arsitektur-rumah adat. )

     Nilai-nilai ‘kearifan lokal’ (local wisdom) yang termuat dalam arssitektur rumah tinggal tradisional suku Sasak adalah: (a) penggunaan bahan bangunan yang ramah dengan kondisi lingkungan alam sekitarnya, bahan bangunan dibuat sesuai atau serasi dengan potensi alam yang mereka miliki, tanpa harus mencari-cari bahan lain dari luar daerah atau wilayah, (b) struktur dan konstruksi bangunan yang digunakan adalah struktur kayu sederhana dengan kolom utama berupa empat buah tiang (saka) terbuat dari kayu, beban atau berat dari bangunan dibuat ‘ringan’ dengan menggunakan sub-struktur lantai kayu serta bahan penutup atap terbuat dari bahan jerami atau rumbia.


sumber :

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/1615/TA001.pdf?sequence=1
http://raja-alamnews.blogspot.com/2012/03/rumah-tradisional-suku-sasak-indonesia.html
http://sasaklc.blogspot.com/2010/08/rumah-adat-sasak-filosofi.html
http://lil-queen-rina.blogspot.com/2011/10/taman-mini-indonesia-indah-tmii.html
http://haries-lombokcity.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar