Kamis, 23 April 2015

Permasalahan Peluncuran Bahan Bakar Pertalite RON 90



       PT Pertamina (Persero) berencana untuk meluncurkan bensin varian baru bernama Pertalite yang memiliki indeks kadar oktan alias RON 90-91. Dimana salah satu kompisisi Pertalite RON 90 adalah campuran Pertamax RON 95. Dengan nafta yang memiliki RON 65-70, agar RON-nya menjadi RON 90 harus dicampurkan HOMC. HOMC ini banyak disebut Pertamax, campurannya HOMC yang RON-nya 92-95, lalu tambahkan zat aditif EcoSAVE agar halus, bersih dan irit. Ketiga bahan ini dicampurkan sampai pas RON 90.

       Dulu Pertamina pernah meluncurkan produk yang namanya Premix dengan RON 90, akan tetapi sangat berbeda dengan Pertalite. Premix menggunakan campuran MTBE (Methyl Tertra Butyl Ether), sedangkan Pertalite merupakan campuran Nafta dan HOMC (High Octane Mogas Component). Karena penggunaan MTBE dilarang karena terbukti mencemari air tanah. MTBE adalah octane booster untuk meningkatkan angka octan. Sementara Pertalite itu murni dari campuran HOMC dengan nafta, tidak pakai octan booster. Jadi, Pertalite ditambah zat aditif lainnya seperti EcoSAVE yang membuat bahan bakar semakin baik. Aditif yang ditambahkan bukan untuk menaikkan oktan, tapi menambahkan features BBM menjadi lebih terbakar sempurna, sehingga mesin lebih bertenaga dan halus, ramah lingkungan dan hemat karena melaju lebih jauh.

       Rencana PT Pertamina (Persero) meluncurkan Pertalite RON 90 ingin menggantikan  Premium RON 88. Karena jenis bahan bakar Pertalite ini lebih bersih, lebih ringan dan lebih bagus daripada premium tetapi harganya lebih murah dari Pertamax, jadi masyarakat bisa memilih bahan bakar yang lebih baik. Ada dua aspek alasan premium dihapuskan. Pertama, Premium di banyak negara sudah tidak banyak digunakan. Kedua, memang Premium dalam pengadaan buat Pertamina tergantung pada blending (pengolahan) di luar negeri. Bahan bakar Pertalite bisa dijual di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik perusahaan asing, karena BBM ini tidak disubsidi oleh negara. 

       PT Pertamina (Persero) menghapus Premium RON 88 sangat didukung oleh tim pemberantas mafia migas karena dianggap biang kekisruhan BBM di Indonesia. Faktanya konsumsi bensin secara nasional 60% berasal dari impor, sementara sudah tidak ada lagi jenis bensin RON 88 yang dijual di pasar minyak internasional. Sebelumnya impor minyak maupun BBM dilakukan oleh anak usaha PT Pertamina, Pertamina Energy Trading Limited (Petral), yang kini akan dibubarkan. Agar produksi BBM jenis RON 88 di dalam negeri dihentikan.

       Dengan adanya penghapusan Premiun RON 88 membutuhkan waktu yang lama, paling lama 2 tahun.  Karena Indonesia belum bisa terlepas dari Premium RON 88. Akan tetapi tantangan terberat Pertamina adalah pembangunan dan perbaikan kilang. Kilang-kilang Pertamina itu sudah cukup tua. Kilang itu sudah berusia 40 tahun, kilang yang paling muda adalah kilang Balongan (Indramayu, Jawa Barat).

       Ketika kita hilangkan RON 88, maka terpaksa kilang ditutup. Implikasi ketika kilang ditutup, terpaksa impor produk-produk sudah jadi 100%. Di kilang yang sudah tua ini, bensin yang bisa diproduksi hanya bensin RON di bawah 90. Sehingga, Pertamina harus mengimpor bahan bensin RON 95 yang diturunkan lewat percampuran dengan bensin hasil kilang yang RON-nya sekitar 80. Dari percampuran ini dihasilkan bensin RON 88 atau bernama Premium.


       Dari berbagai pengalaman pada saat selisih harga Premium dan Pertamax hanya Rp 9.400 atau sekitar Rp 1.000/liter, konsumsi Pertamax melonjak hingga 100% lebih. Ketika selisih harga Premium dan Pertamax kembali melebar, masyarakat kembali beralih lagi ke Premium. Dengan mengambil medium range antara Premium dan Pertamax, harga RON 90 sekitar Rp 8.000-8.300/liter.Kebijakan pemerintah Premium akan tetap tersedia di masyarakat. Lahirnya Pertalite akan jadi produk tambahan dari Pertamina yang menjadi terobosan bagus untuk Pertamina. Karena perbedaan harga Premium dan Pertamax terlalu jauh dan dijadikan varian.


       Bahwa bensin jenis ini sebenarnya punya peluang market yang cukup besar karena populasi kendaraan dengan spesifikasi mesin yang membutuhkan bensin dengan RON 90 jumlahnya cukup tinggi. Bila dilihat dari kesesuaian perbandingan kompresi mesin dengan RON pada BBM yang ada sekarang, populasi terbanyak adalah kendaraan dengan kompresi antara 9:1-10:1 tapi BBM-nya nggak tersedia. Adanya RON 88 untuk yang kompresinya di bawah 9:1, RON 92 untuk 10:1-11:1 dan RON 95 untuk 11:1-12:1. Karena yang RON 90 belum tersedia, sehingga kendaraan dengan mesin 9:1-10:1 harus pakai Premium atau Pertamax. Setelah ada RON 90 jadi lebih sesuai.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar